Analisis Contrast Limited Adaptive Histogram Equalization (CLAHE) dan Region Growing Dalam Deteksi Gejala Kanker Payudara Pada Citra Mammogram

Analisis Contrast Limited Adaptive Histogram Equalization (CLAHE) dan Region Growing Dalam Deteksi Gejala Kanker Payudara Pada Citra Mammogram


ABSTRAK

Kanker payudara merupakan penyakit yang banyak di derita oleh wanita. Kanker tersebut mengalami pertumbuhan secara tidak terkontrol pada jaringan payudara. Mammografi merupakan salah satu cara pemeriksaan payudara dengan menggunakan sinar x-ray dosis rendah yang dapat mendeteksi gejala kanker payudara sedini mungkin yang hasilnya berbentuk citra, disebut mammogram. Terkadang terdapat beberapa mammogram yang berwarna gelap sehingga sulit untuk dilakukan diagnosis, untuk itu dibutuhkan teknik perbaikan kualitas citra yang dapat memunculkan bagian-bagian yang tidak terlihat. Teknik yang biasa digunakan adalah Histogram Equalization (HE). Namun terdapat beberapa bagian yang masih gelap karena HE meningkatkan kekontrasan pada citra secara global. Adaptive Histogram Equalization (AHE) merupakan teknik yang dapat mengatasi kekurang HE dengan melakukan peningkatan kekontrasan pada area lokal. Namun peningkatan yang diharapkan terjadi secara berlebihan. Dengan menggunakan Contrast Limited Adaptive Histogram Equalization (CLAHE), peningkatan yang berlebihan pada AHE dapat diatasi dengan pemberian nilai batas pada histogram sehingga kontras meningkat namun tidak berlebihan walaupun bekerja pada area lokal. Pada penelitian ini, sistem identifikasi tumor secara umum didesain melalui tahapan image enhancement dengan CLAHE, ekstraksi ciri, klasifikasi dan segmentasi tumor dengan Region Growing. Dalam sistem ini CLAHE mampu meningkatkan akurasi klasifikasi hingga 100%. Pengujian pada Region Growing dilakukan dengan penilaian terhadap hasil ROI oleh seorang ahli medis.

Kata Kunci: Kanker payudara, Mammogram, CLAHE, Region Growing.

jurnal

Why RT and Why Reply Part 2

Why RT and Why Reply Part 2


Beberapa waktu yang lalu (et daah baru jg semalem) saya udah posting alasan kenapa saya tetap meng-RT tweet di Why RT and Why Reply Part 1. Kenapa saya potong2 ? Yang pertama biar bikin orang penasaran (kaya ada yang baca aja :D). Yang kedua kepanjangan kalo postingannya digabung semua. Jujur aja saya sendiri suka pusing dan bosen kalo baca tulisan terlalu panjang jadi biar orang yang baca juga ga pusing kalo keanyakan kata-kata (lagi2 kepedean kaya ada yg baca).

Dulu waktu awal mula adanya twitter [masih] ada fitur RT. Alasannya sesuai tujuan awal yaitu microblogging dimana menyebarkan informasi tanpa menghilangkan sumbernya. Hal ini cukup baik untuk menghilangkan kebiasaan plagiat atau kalo di kaskus repost gitu. Nah semakin banyaknya user dari si twitter kegunaan pun jadi [agak] bergeser menjadi lebih ke arah “ngobrol”. Itu kenapa twitter versi web saat ini menghilangkan fitur RT-nya. [Mungkin] mereka menganggap untuk merespon dapat menggunakan Reply dan untuk re-share tweet dapat menggunakan Retweet. Nah di part 2 ini saya akan ngebahas ada kondisi-kondisi kenapa saya pake Reply dan BUKAN RT.

1. Respon dengan Replay biasa saya pakai berupa balasan penjelasan yang lumayan panjang.

Misal: si @jarkom posting “persyaratan ngurus SK gimana si?”

Nah alangkah lebih jelasnya dan enak dibaca jika saya pake reply, sehingga

“@jarkom: bawa proposal, tanda tangan dosen, jangan lupa map biru, bla ba bla terus serahin ke admin”

pokoknya penjelasannya panjang sampe sisa 10 karakter lagi. Kalo saya RT respon penjelasan saya misal jadi

“bawa proposal, tanda tangan dosen, jangan lupa map biru, bla ba bla terus serahin ke admin RT @jarkom: persyaratan ” (saya sebagian tweet si @jarkom soalnya karakternya ga cukup)

Mungkin akan membuat si jarkom tambah pusing dengan postingan bertumpuk-tumpuk (saya sendiri sih pusing kalo di respon bertumpuk2 gt hehe). Pada part 1 saya tulis tetap menggunakan RT dengan alasan agar lbh jelas membahas apa. Namun untuk saya hal tersebut berlaku kalo saya mau merespon dengan kata singkat dan tidak berlaku kalo responnya berupa penjelasan yang panjang. Lagi pula dengan penjelasan sepanjang itu kayanya ga mungkin kalo si @jarkom msh bingung td posting apaan.
Alasan yang kedua adalah agar yang ga ada urusan (misalnya temen SD saya yang bukan follower si jarkom) sama pembahasan saya dan si jarkom ga perlu di sampahin tweet di TLnya, toh informasi tersebut tidak penting untuk si temen SD saya.
Jadi alasan saya biar si jarkom ga pusing dan bingung dan yang kedua ga nyampah di TL orang yg gada urusan.

2. Tweet ngobrol/ bertumpuk

misal saya posting “pengen ngopi serial GG”
si @teman merespon dengan RT, “coba minta ke @temon dia udah dolot kayanya RT @saya: pengen ngopi serial GG”
terus saya respon lagi [masih] dengan RT maauu RT @temon: coba minta ke @temon dia udah donlot kayanya RT @saya: pengen ngopi serial GG”
kemudian tiba2 nimbrung si @temin [masih juga] dengan RT “gw punya lho RT @saya: maauu RT @temon: coba minta ke @temon dia udah donlot kayanya RT @saya: pengen ngopi serial GG”

EEWW!! ga kebayang betapa pusingnya para korban junker kita yang baca postingan bertumpuk-tumpuk kaya gt, belom lagi isinya banyak mention ke orang (saya langsung depresi kalo kaya gt hahaa lebaay). Pengalaman pribadi kalo tiba2 ada TL bertumpuk2 gt langsung saya close aplikasi twitter saya. haha
Kalo kondisi kaya diatas [menurut saya] alangkah lebih rapi, jelas, mudah dibaca dan ga menimbulkan gangguan kejiwaan bagi pembaca lainnya dengan merespon menggunakan reply

-reply dr teman- “@saya: coba minta ke @temon, dia kayanya udah donlot kayanya”
-reply dr saya- “@teman @temon maauuu”
-reply dr temin- “@saya @teman @temon gw punya lhoo”

dan kalo pun si @temin nimbrung saya rasa msh cukup jelas jika menggunakan fasilitas reply
Nah lebih enak dibaca kan ya, apalagi konsep kita “ngobrol” dan ga menyebabkan dpresi atau gangguan jiwa bagi pembaca haha.

3.Mention diri sendiri
Nah ini diaa yang paling annoying dengan penggunaan RT yaitu mention diri sendiri. Jujur aja saat saya masih baru banget pake twitter saya [selalu] menggunakan RT setiap saya merespon. Dan pada suatu saat didapati ketika saya merespon ternyata postingan sebelumnya si lawan bicara ada mention terhadap saya jadi kalo saya RT lagi otomatis bakal mention ke saya lagi kan (alaah belibet bgt. tenang aja ntr ada contohnya). Nah hal itu yang paling buat saya sebel. Kasarnya kaya orang gila yang ngomong sendiri kalo postingan ke mention ke saya lagi. Contohnya gini nih

si @nuna posting tweet ” mau maen ke rumah @saya aahh”

kalo saya respon dengan RT sehingga “ayoo sinii dengan senang hati RT @nuna: mau maen ke rumah @saya aahh”

nah postingan itu udah pasti bakal ke-mention balik ke saya. Kaya gitu tu yang nyebelin dan terkadang merasa saya kaya orang gila hahahaha. Untuk menghindari kondisi kaya gitu saya mending pake reply daripada RT jadi

” @nuna: ayoo sinii dengan senang hati”

postingan itu udah pasti ga bakal ke-mention ke diri kita dan terkesan kaya orang gila [lagi-lagi menurut saya lho].

Konsep respond by reply saya terapkan agar tweet saya lebih enak dibaca dan ga menimbulkan depresi ataupun ganguan jiwa ketika dibaca di TL follower karena rapi dan ga bertumpuk2 kaya kalo make RT. Dan juga menghindari kesan gila kalo posingan sendiri ternyata ter-mention ke saya sendiri.hehehe. Dan menurut saya lagi, ada baiknya memperhatikan karakter seseorang ketika mau merespon. Soalnya ada beberap orang yang [sangat amat teramat] tidak suka sama yg namanya di RT, salah2 malah bisa bacok-bacokan lagi.

Postingan ini murni opini saya. Saya mempublish postingan ini bukan untuk menggurui atau merasa paling benar tapi sebatas sharing yang sifatnya hiburan aja. Tweet2 yang saya jadikan contoh juga ada yang saya karang sendiri. begitu juga subjek2 yang saya jadikan tersangka di postingan saya, itu MURNI FIKTIF. Jadiii maaf kalo ada yang merasa tersinggung beneraan deh ga maksud, jangan dimasukin ke hati ya masukin ke WC aja biar terurai bersama e*k (ihh jorok banget. maap lagi deh :D). Keep posting and shre laugh ^^

Why RT and Why Reply Part 1

Why RT and Why Reply Part 1


Haaii readersss (s-nya banyak berasa banyak yg baca aja :D) udah lama banget saya ga ngurusin blog ini. Sebenernya udah lama pengen nulis lagi tp karena [agak] males, [sok] sibuk dan ga ada ide nulis ya jadinya terlantar deh. Nah sekarang baru ada ide yang memproklamirkan (sumpah lebay) suara hati saya. Oke cukup sesi curhat alasan 😀

Saya agak tergelitik (ups geli donk :P) buat nulis fenomena jejaring sosial dimana banyak pro-kontra penggunaan RT dan Reply. Yak jejaring sosial mana lagi yang ada feature RTnya. Udah tau doonk. Siapa lah yg ga tau sm situs jejaring sosial bernama twitter bahkan siapa juga yg ga punya account twitter?? (eh ada ding temen saya :P) Diulas dulu kali ya latar belakangnya situs itu. Jadi twitter itu merupakan situs micro blogging (ide awalnya) tapi semakin kesini situs tersebut jadi berkembang (entah berkembang atau user yang salah menggunakan) kayak chatting offline (menurut saya lho :D) bahkan ga beda kaya kita nulis status di facebook. Feature2nya sering dipake antara lain RT, Reply, Retweet dan DM (itu menurut saya yang paling menonjol). RT merupakan share tweet untuk semua follower kita, sedangkan reply tweet yang di share hanya bisa diliat oleh seluruh follower org yg di mention yang menjadi follower kita jg (agak ribet ya kata2nya). Retweet merupakan re-share tweet seseorang TANPA bisa diedit dan dapat dilihat oleh seluruh follower kita. Kalo DM ya sama kaya message atau email gitu.

Sebenernya udah banyak ya blog2 yang buat postingan ngebahas RT/reply. Saya ga maksud nambah-nambahin dengan ikutan mengutuk atau misuhin (bhs perancisnya ngejek/marah) para tweeps (sebutan utk org yg punya akun twitter) yang masih make RT, menurut saya yaa udahlah suka-suka mau pake RT lah mau reply lah suka-suka mereka walaupun [jujur] [agak] [sedikit] terganggu kalo tweetnya2 kaya ngobrol biasa tapi ga saya ambil pusing, abaikan saja. Dan disini saya mau nge-share alasan saya kenapa [masih] menggunakan RT dan Reply (dibaca dan membawa mafaat sukuur, kalo ga ya gpp yg penting ningkatin keeksisan blog saya di mesin google :P).
Sampai sekarang SAYA [masih] PENGGUNA RT. Beberapa postingan di blog tetangga (entahlah kecamatan mana :D) banyak yang berkata

“pengguna RT itu alay-nya twitter” atau “pengguna RT itu junker”

Ada beberapa alasan saya [masih] setia dengan si RT. Why??

1.

Si x pasang tweet “beli jcool dimana?”

Alangkah jelas dan praktis jika saya merespon dengan

“BSM RT @x: beli jcool dimana?”

Suatu kasus bila setelah si x pasang beberapa tweet dalam waktu bersamaan, lalu ujug2 saya me-Reply

“@x: BSM”(tanpa embel2 re: karena mau nyari praktis)

atau kemudian dia langsung off agak lama. Alangkah betapa bingungnya si x yg tiba2 baca mention seperti itu yang mungkin dia lupa pernah pasang tweet apa (ini kalo kasusnya si x pikunnya kaya saya hekekek :)) ). Tapi beda cerita kalo kita menggunakan twitter dari web, kita bisa dnegan mudah melihat reply atas apa. Namun saya adalah pengguna aplikasi twitter yang saya rasa lebih mudah ketimbang harus buka webnya twitter. Jadi alasan saya yang pertama [tetap] menggunakan RT adalah  Untuk memperjelas hal yang sedang dibahas.

2. Saya tetap menggunakan RT ketika bermaksud guyonan/lucu2an.

Adik saya pasang tweet “aduh sakit abis pasang behel”

[menurut saya] alangkah lebih lucu dan hidupnya suasana kalo saya respon dengan pake RT sehingga

“eww takut giginya lari ya makanya di pagerin? 😛 RT @adik_saya: aduh sakit abis pasang behel”

(sumpah gada maksud bwt menyinggung para pengguna behel ya hehe :D). Nah kalo tweet si adek saya respon dgn Reply bukannya ga seru ya? Pertama cuma kebaca sama follower dia yang jadi follower saya juga lagi pula orang lain yg baca juga ga tau apa pembicaraan sebelumnya. Yang kedua ngejeknya kurang puas donk 😛 (ini mah dendam pribadi :P).

Contoh lain jika kita mau merespon tweeps yang punya follower berjuta2 (contohnya kaya si @mention_ke atau si @poconggg).

si @mention_ke posting “mention temen lo yang mirip budi anduk”.

Semisal saya respon dengan menggunakan Reply, ini bener-bener sangat ga lucu soalnya org yg kita mention mana ngerti kita mention buat apa sekalipun dengan menyertakan “re: budi anduk” pada tweet kita. Kalo untuk kasus ini sangat sangat ga lucuu. Kan alangkah lebih kocaknya jika kita posting

“colek @nurdin RT @mention_ke: mention temen lo yang mirip budi anduk”

selain kocak, temen lain yang mau nimbrung (misal @xxx) buat ngejek kan juga bisa, seperti

si xxx, “bukan budi anduk kali tp mandra RT @saya: colek @nurdin RT @mention_ke: mention temen lo yang mirip budi anduk”.

Bahkan tweet tersebut dapat di-RT lagi oleh temen lainnya bukankah menambah gelak tawa??

3. Tidak dipungkiri jiwa show-off di setiap diri manusia pastilah ada sekecil apapun (ya kan?ya kan?), maka dari itu, jadi kalo ada sesuatu yang pengen saya tunjukkan biasaya saya menggunakan RT. Beberapa waktu yang lalu saya sempat posting tweet seperti ini

“ya emang gw gabs bhs jawa. jd lo malu?”

kemudian seseorang (sebut saja dy @si_pacar) me-RT dengan

si_pacar, “ih ngomong apaan nih. aku g malu RT @saya: ya emang gw gabs bhs jawa. jd lo malu?”

Keuntungan di dia dengan mengumumkan bahwa dia ga malu punya pacar yg ga bisa bhs jawa (geer pdhl gtw deh alasan sbenernya apa :P) dan kemudian saya balas dengan me-RT

“maacih RT @si_pacar: ih ngomong apaan nih. aku g malu RT @saya: ya emang gw gabs bhs jawa. jd lo malu?”

sebenernya bisa aja saya reply dengan bilang “maacih” tp org2 jadi gatau donk kalo si pacar EMANG ga malu kalo saya ga bs bhs jawa, itu yg pertama. Kedua kan biar pada tau jg kalo tweet saya di respon sama org yg memang saya harapkan (hahahaha tertawa setan :P).

4. Alasan yg ke empat si karena mau nyebarin info yang [menurut saya] penting. Biasnya dr tweetnya si detik, kompas atau berita2 lain. Ga pake RT juga bisa si, tapi dengan make Retweet. tapi biasanya saya pake RT kalo lagi ol dari hp dimana aplikasi twitter tersebut gada fasilitas Retweetnya.

Itu semua alasan kenapa saya [tetap] memakai RT dan menurut saya itu BUKAN ALAY, JUNKER atau LABIL. Setiap orang punya alasannya sendiri mengapa tetap mempertahankan style-nya so sebaiknya kita hargai sikap mereka selama itu tidak merugikan kita. Karena seeseorang berhak menulis apa yang dia inginkan dan orang lain yg melihat juga berhak untuk tidak merespon atau bahkan meng-unfollow jika memang benar-benar sudah mengganggu.

Postingan ini murni opini saya. Saya mempublish postingan ini bukan untuk menggurui atau merasa paling benar tapi sebatas sharing yang sifatnya hiburan aja. Tweet2 yang saya jadikan contoh juga ada yang saya karang sendiri. begitu juga subjek2 yang saya jadikan tersangka di postingan saya, itu MURNI FIKTIF. Jadiii maaf kalo ada yang merasa tersinggung beneraan deh ga maksud, jangan dimasukin ke hati ya masukin ke WC aja biar terurai bersama e*k (ihh jorok banget. maap lagi deh :D)
Okee ngebahas yang RT dulu yaa, yg reply menyusul di Why RT and Why Reply Part 2 nantiikaannn. Keep posting and share laugh ^^

Iface Situs Jejaring Sosial Berbasis SMS karya Institut Teknologi TELKOM

Iface Situs Jejaring Sosial Berbasis SMS karya Institut Teknologi TELKOM


Kemarin pas lagi melakukan kebiasaan rutin (baca. facebookan) di news feed saya banyak yang ngebahas tentang iface . Apa sih iface itu??

Iface adalah situs jejaring sosial (masih versi beta) yang digagas oleh bagian sisfo kampus IT Telkom lebih tepatnya digagas oleh direktur sisfo yaitu Bapak Yanuar Firdaus A W. Menariknya situs jejaring sosial ini berbasis sms dengan tarif normal sesuai operator masing-masing. Dari mulai registrasi, update status, lihat status teman, bahkan bisa lihat nomor handphone teman juga (lumayan ne buat nyari nomor hape kecengannya :D) semuanya dilakukan via sms.

Yang makin penasaran kaya gmn si tampilan si IFACE ini. Silakan bisa di klik link www.ittelkom.ac.id/iface , ini capture situs iface

Bisa kita lihat di kolom kiri merupakan update status dari teman yang telah melakukan registrasi serta dikolom kanannya merupakan daftar seluruh anggota iface beserta nomer handphone.

Untuk teman-teman yang takut nomor handphonenya ga aman tenang aja, disana tidak ditampilkan keseluruhan nomor handphone tapi dua digit dibelakang dari nomor kita akan dirahasiakan.

Langkah-langkah untuk menikmati fitur iface adalah

1. REGISTRASI>> cara registrasinya mudah sekali cukup kirim SMS dengan format REG#<NAMA LENGKAP KAMU>

2. Setelh mendapat balasan artinya kamu telah terdaftar maka kamu diperkenankan untuk merubah nama panggilan kamu dengan format NAME#<NAMA PANGGILANMU>. Bahkan kamu boleh membuat 3 nama panggilan kamu sekaligus

3. Kamu bisa posting status engan cara POST#<STATUS>

4. Lihat status seseorang, ketik VIEW#<NAMA PANGGILAN TEMANMU> atau VIEW#<NOMOR TELEPON TEMANMU>

5. Nah, kalo bingung ada fasilitas help dengan cara ketik HELP

Semua itu bisa kamu kirimin ke nomer SMS Center 083822828834. Inget lho SEMUANYA CUMA LEWAT SMS

Gampang banget kan caranya. Makanya ayo langsung cobain. Untuk saat ini fitur yang diberikan oleh iface hanya bisa melakukan pendaftaran, update username, update status, lihat status teman, dan lihat teman (maklum masih beta). Saat ini pembangunan situs tersebut masih terus dilakukan sehingga tidak versi beta lagi dan dapat dinikmati oleh semua kalangan. Informasi mengenai situs ini sekarang mungkin masih terdengar di lingkunagn kampus IT Telkom Bandung. Namun siapa yang tau jika seluruh fitur-fitur dalam situs ini telah dapat berjalan kepamorannya dapat mengalahkan situs jejaring sosial facebook.

Konvergensi ICT di Indonesia

Konvergensi ICT di Indonesia


Pada zaman sekarang ini, kita dihadapkan pada kenyataan dimana kehidupan kita sangat dipenuhi dengan perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi yang sangat pesat. Di seluruh dunia terutama di negara-negara maju, antara teknologi informasi dan telekomunikasi sudah terjadi konvergensi. Namun apakah makna dari konvergensi itu sendiri? Secara umum konvergensi itu sendiri dapat definisikan dalam hal teknologi, pasar, ekonomi, dan kategori regulasi.  Dari definisi umum tersebut dapat kita artikan konvergensi teknologi adalah peningkatan digitalisasi , konten tipe yang berbeda (data,audio,suara,video) diletakkan dalam suatu format yang sama dan dikirim terus melalui variasi teknologi (komputer,handphone,televisi) atau diteruskan pada platform yang berbeda. Secara garis besar konvergensi terdiri dari teknologi dan media (konten). Konvergensi teknologi terjadi ketika beberapa produk secara bersamaan berada dalam satu produk dengan segala keuntungannya. Bila kita lihat dalam keadaan sekarang ini telah banyak alat komunikasi selular yang menawarkan kemampuan browsing internet,mem-push email, upload langsung melalui ponsel dan masih banyak lagi.

Konvergensi ICT bukan hanya bisa membuka peluang usaha-usaha produktif yang baru, tapi juga juga menempatkan ICT pada posisi penting karena dinilai dapat berperan sebagai enabler dalam perubahan sosial budaya kemasyarakatan di berbagai bidang; baik itu dalam pengembangan kehidupan politik yang lebih demokratis, pengembangan pendidikan, dan peningkatan kapasitas governance di berbagai sektor pembangunan – termasuk pelayanan publik yang dijalankan pemerintah. Sebagai contoh riil adalah penggunaan internet yang meningkat pesat dimana didalamnya termasuk penggunaan situs jejaring sosial yang hampir dimiliki oleh setiap orang. Bahkan untuk sebagian orang kebutuhan itu sudah menjadi kebutuhan pokok. Fenomena seperti itu menjadikan kompetensi di pasar meningkat. Banyak keuntungan yang bisa didapat dari perkembangan teknologi ini, diantaranya adalah komunikasi individu satu sama lain lebih efisien dan murah , serta inovatif dan memberikan nilai tambah terhadap produk dan pelayanan. Selain itu kecangihan ICT dapat dipakai meningkatkan akuntabilitas, transparansi, akurasi, kecepatan proses layanan, dan produktivitas yang dilaksanakan borikrasi pemerintahan, accountability, strategic vision – yang sering diwacana selama pasca reformasi ini bisa diwujudkan melalui penggunaan ICT.

Keadaan seperti ini memberikan tantangan kepada pemerintah untuk mengembangkan kebijaksanaan secara tepat guna kesejahteraan sosial dengan mengidentifikasi kebijaksanaan dan regulasi menyangkut stakeholder. Peraturan-peraturan itupun seharusnya tidak mengekang kebebasan masyarakat dalam berpendapat atau memperoleh informasi. Selain itu dampaknya akan merangsang komersial yang besar, tantangan hukum dan sosial. Konvergensi sesuatu yang dinamis dan fenomena yang berkelanjutan, sehingga sangat penting untuk mengetahui prosesnya dan perkembangan jalannya. Pengendali fenomena ini adalah inovasi dan teknologi, fleksibilitas regulasi, ekonomi dan dinamisasi pasar .