Beating PCOS

Beating PCOS


Mengalami proses panjang sampai akhirnya memutuskan untuk menuliskan our-side-story ini. Awalnya kami akan simpan ini rapat-rapat. Bahkan pada sahabat-sahabat kamipun tidak ingin menceritakannya. Cukup keluarga inti saja. Namun seiring berjalannya waktu kami menemukan beberapa tulisan yang sangat menginspirasi kami. Mereka menunjukkan bahwa menceritakan “roda bawah” kehidupan kita bukan berarti mengumbar aib sendiri tapi justru bisa memberikan motivasi untuk mereka yang bernasib sama dengan kita, memberikan informasi yang bermanfaat, atau bahkan bisa menjadi inspirasi untuk tetap bertahan dan tersenyum walau kita berada di posisi terbawah hidup kita.

Here is our story…

Baru setelah menikah, berita-berita marak saat ini seperti kasus aborsi remaja, bayi dibuang karena hamil diluar nikah, sampai berita perempuan dihamili ayah kandungnya sendiri, membuat saya mikir “kok mereka gampang banget yaa?” Ibaratnya kesenggol dikit aja tekdung. Istilah yang sering orang sebut sebagai “tokcer” pada pengantin baru tidak berlaku untuk kami.

Bikin anak ternyata tidak semudah yang kami bayangkan

Sejak awal tidak pernah berniat menunda memiliki anak. Tapi kami belum terlalu ambil pusing ketika testpack masih selalu bergaris satu sampai di usia pernikahan kami menginjak 6 bulan. Kata orang tua kami nikmati saja dulu pacaran, seru-seruan berdua sebelom punya buntut. Tapi dorongan pertanyaan yang mulanya masih bisa dibercandain tapi lama kelamaan menjadi annoying juga itu justru dari orang – orang sekitar diluar keluarga kami dan tidak terlalu dekat pula dengan kami. Makin hari pertanyaan beragam dan berkembang bagai bunga bangkai, ups, sampai-sampai bisa buat saya semalaman menangis seperti ketika mereka tau saya sedang menstruasi dengan nada yang mungkin hanya mereka anggap joke belaka bercanda “Yah gagal lagi deh bulan ini”. Sedih lho bok digituin. Kadang mikir “What the hell with them? Nyokap bokap bapak ibu mertua gue aja gak segitunya. Lah lu siapa?”  Oke tulisan ini bukan untuk nyinyirin mereka, kami anggap cobaan saja. Cobaan yang harus dianggap lelucon biar gak stress.

RSI Pondok Kopi

Saya ingat betul bulan Juni 2015 tepatnya kami akhirnya mengunjungi dokter obsgyn. Kami cari rumah sakit terdekat dari tempat tinggal kami. Niat awal bukan karena ingin promil, tetapi karena keluhan perut bagian bawah saya nyeri, badan saya lemas dan sedikit pusing. Dari informasi sana-sini yang saya baca berharap ciri-ciri tersebut mengindikasi kalau saya hamil. Tapi ternyata takdir berkata lain, di mesin usg terlihat telur saya banyak namun tidak terlalu besar sehingga tidak memungkinkan untuk dibuahi. Bahasa ngetrendnya saat ini adalah PCOS (Polycystic Ovary Syndrome). Ya saya memiliki irregullary period. Menstruasi datang tidak menentu, kadang tepat 30 hari kadang pernah sampai 70 hari baru datang.

Saya tidak pernah menceritakan masalah siklus menstruasi amburadul ini pada siapapun kecuali mama. Ya, menstruasi yang gak bisa dipastikan datangnya seperti jelangkung ini berlangsung sejak akhir SMP. Seingat saya, ketika pertama kali menstruasi masih tepat jadwalnya, namun lama-kelamaan makin berantakan. Kata mama saya wajar karena masih dibawah umur 20 tahun jadi yaa dari dulu saya santai saja. Namun lama-kelamaan menjadi tidak nyaman karena saya pernah mengalami pendarahan menstruasi selama sebulan, deras, hingga lemas. Sempat memeriksakan ke obsgyn juga karena keluhan pendarahan yang berlangsung lama ini, namun sama seperti yang dikatakan mama saya dokter bilang masih wajar karena umur masih dibawah 20 tahun. Setelah menikah, siklus saya menjadi semakin teratur dari sebelumnya. Siklus 30-40 hari itu bagi saya sudah termasuk teratur lhoo haha.

Dari pemeriksaan di RS ini dokter tidak sampai hati belum bisa mengatakan kalau saya infertil karena usia pernikahan kami masih kurang dari setahun, lagi pula infertil tidak dapat hanya ditentukan dari pemeriksaan usg saja namun harus melakukan test hormon dll. Dokter juga menyuruh saya untuk tes gula dan kembali 2 minggu lagi. Tapi saya bandel, saya gak melakukan tes gula tsb dan tidak kembali lagi sampai sekarang. Kami bersyukur ketahuan sesuatu yang tidak beres lebih dini sebelum kami memulai program.

Pasca Konsultasi

Kenapa gue?

Gue salah apa?

Ya pertanyaan itu terus berputar-putar dikepala. Kalau lagi diem selalu muncul pertanyaan itu, berujung murung kemudian setres, lalu nangis.

Sepulangnya dari rumah sakit hingga beberapa hari kedepan saya nangis dan stress menghadapi kenyataan diagnosis PCOS tersebut. Mulai mencari informasi kesana kemari di internet, hasilnya apa? Worried meningkat, stress meningkat karena semakin takut. Dari takut infertil lah, susah punya anak lah sampe penyakit lain yang mungkin muncul. Semakin dibaca, PCOS ini bukan hanya permasalahan mens tidak teratur saja, justru mens tidak teratur itu efek dari keseluruhan sistem kerja tubuh kita. Semakin dibaca, ternyata semakin memusingkan karena makin ditemukan berkaitan dengan masalah ini dan itu. Maaf tidak menyertakan link referensi karena menemukannya dari berbagai sumber dan waktunya pun berbeda-beda. Misal suatu case X  ternyata juga bisa membuat seseorang memiliki PCOS, dan itu baru saya temukan berbulan-bulan kemuadian. Jadi saran dari saya banyak-banyak baca yaa. Sebenarnya suami sudah me-warning kalau jangan terlalu banyak googling kesana kemari karena semakin banyak info yang kita tau pasti makin pusing dan stress.

Saya dipertemukan dengan beberapa teman senasib seperjuangan. Alhamdulilah saya lebih baik dan merasa tidak sendiri. Kami berbagi info dari pengobatan herbal, makanan yang mempengaruhi kesuburan, dan olahraga. Dibalik  punya teman berbagi, terselip sedih juga, kok yaa makin banyak perempuan dengan kasus PCOS ini. Kenapaa oh kenapaa? Padahal hamil, melahirkan, menjadi ibu adalah mimpi semua perempuan.

I closed all cry, stressful, desperate and all uring-uringan.

Dalam hati menggebu kata BANGKIT! PERAANG!

Setelah bertemu, bertukar cerita dengan teman seperjuangan, semangat itu muncul. Ternyata benar the power of teman senasib, teman berbagi membuat kita tidak sendirian.  Kini kalimat “Yaah gue PCOS” sudah berganti menjadi “Oke gue PCOS. Terus?”

Menerima. Ternyata kata itu yang diperlukan untuk bangkit dan mulai menjadi PCOS Fighter. Bukan melupakan. Bukan berhenti menangis. Bukan pura-pura berusaha bahagia. Tuhan cuma mau kita menerima.

Food Combining

Ikhtiar dimulai dari merubah pola makan, serta berolahraga rutin. Bukan hanya saya, tapi saya dan suami benar-benar merubah pola hidup kami. Kami dipertemukan dengan Food Combining. Setiap hari disibukkan dengan macam-macam kombinasi buah dan sayur yang utama. Makanan bernutrisi tinggi seperti kacang almond, flexseed yang sebelumnya tidak pernah terpikir untuk kami konsumsi secara rutin karena harganya yang tergolong tinggi. Masalah harga kini tidak lagi kami pikirkan karena rejeki bisa dicari ya kaan? Yang terpenting adalah nutrisi nutrisi, gizi, gizi. Kami mulai merasa bahagia menjalani pola makan seperti ini. Bahkan hanya dengan makan nasi, tempe dan hujan sayur-mayur kami merasa sangat bahagia. Sedikit demi sedikit melupakan permasalahan kemarin. Efek yang dirasakan dari ikhtiar ini sangat berpengaruh, siklus saya semakin cantik sodara – sodara. Bahagia? Pasti!

Menerima akan membuat alam bawah sadar kita melupakan.

Menerima ternyata akan menemukan kebahagiaannya sendiri.

Gak bayar memang. Tapi juga gak mudah.

Olahraga

Selain pola makan yang kami ubah, kami pun memulai untuk rutin olahraga. Agak sulit memang menemukan waktu olahraga ditengah kehidupan pekerja urban seperti kami. Jadi kami menyempatkan waktu after office hour. Saya nyaman dengan yoga dan suami nyaman dengan lari disekitar kantornya dengan teman-teman. Setiap minggu kami sempatkan untuk olahraga bersama. Efek yang diberikan dari olahraga ternyata bisa menjadi ajang refreshing untuk kami. Ya kami jadi ketagihan olahraga dan ber-CFD. Selain refreshing, berkeringat bersama kami jadikan quality time dimana biasanya kita habiskan waktu dengan nonton bioskop atau jalan-jalan ke mall sekarang kami sangat menikmati quality time dengan olahraga bersama. Segeer!

Klinik Yasmin – RSCM

Mendapat info dari teman tentang program pengobatan gratis PCOS. Sebagai salah satu ikhtiar, kami mencoba untuk konsultasi ke Klinik Yasmin RSCM, yaa apalagi gratis makin semangat, hehee. Bulan September 2015 kami mendatangi RSCM Kencana Klinik Yasmine. Sebelum menjalani program disini saya diobservasi terlebih dahulu, dari siklus menstruasi hingga obat yang sedang saya konsumsi. Ya, program di klinik ini hanya dilakukan untuk wanita karena makin meningkatnya jumlah wanita yang memiliki PCOS. Untuk menjalani program disini harus terbebas dari segala macam obat dari dokter maupun obat herbal agar keberhasilannya terukur memang murni dari treatment di Klinik Yasmin. Ternyata madu penyubur dan habatusauda yang rutin saya konsumsi harus dihentikan dulu dan mereka meminta saya kembali 3 bulan lagi agar benar-benar berstatus terbebas dari segala obat. Mungkin memang harus bersabar lebih dahulu. Saya sudah di jadwalkan untuk kembali bulan Desember. Ya Desember kami menunggu penuh harap. Namun sebelum kami kembali kesana terselip cerita didalamnya. Cerita itu di Bulan Oktober. Bagi yang mau mencoba program disini bisa langsung datang ke Klinik Yasmin di RSCM Kencana.

Doa

Mungkin Tuhan merasa rindu permohonan kami, isak tangis kami.

Mungkin Tuhan ingin kami tidak terlalu sibuk mencari dunia.

Mungkin Tuhan ingin mendekap kami lebih dekat.

Penantian ini kami jadikan ajang berkaca bagi kami, ya saya dan suami. Membuat kami berintropeksi. Membuat kami makin mendekat pada Ilahi. Disini saya tidak akan memberi tips doa-doa khusus A-Z karena sesungguhnya doa terbaik itu yang berasal dari hati. Lakukan apa yang agama ajarkan, tingkatkan kualitasnya.

Terkadang saya berpikir saya lah yang paling merana, tapi ternyata jauh lebih banyak yang sudah melakukan effort segala rupa untuk mendapatkan buah hati. Doakan mereka yang juga sedang berjuang seperti kita karena bisa jadi Tuhan mengijabah doa kita karena ketulusan kita peduli dengan sesama.

Percayalah, Tuhan telah punya rencana untuk setiap hamba-Nya. Kita cuma disuruh percaya saja pada-Nya. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Berani menceritakan roda terbawah kehidupan berarti kita telah menerimanya dan siap untuk bangkit.

A side of us that people didn’t know…

5 thoughts on “Beating PCOS

      1. Ahahaha. Itu udah baca dari 1 taun yg lalu ciiii.. Heheheu.. Aku jg pnya cerita. Wait ya blogku #ehe

Leave a comment